Rabu, 06 Januari 2010

Pindah ke pulau Singkep



Sekarang masih berupa kecamatan dengan kabupaten Lingga, kep. Riau


Kami terbang dari Jakarta dengan pesawat terbang tipe Fokker 27
Seingatku yang ada hanya itu dan Hercules, pesawat pengangkut barang tapi kami pernah juga naik Hercules ke.... ( sorry lupa)
Sehari hanya sekali penerbangan dari Jakarta - Singkep - Jakarta ditempuh dalam 90 menit
Kami tinggal di pulau Singkep ini kurleb 7 tahun, jadi cukup banyak kenangan dari pulau ini

Kami langsung dibawa ke guest house Timah di kota Dabo.
Guest housenya ada 2 kamar tidur, ruang tamu dan ruang makan
Halaman  muka guest house luas banget dan dikelilingi oleh jalan, hingga hari2nya kami bisa naik sepeda berkeliling di halaman itu.
Sampai akhirnya kami mendapatkan rumah besar di atas bukit, maka nama jalannyapun jalan bukit rumah sakit (jalan di belakang rumah). Karena di belakang rumah kami adalah tempat kerjanya bapak, rumah sakit umum milik UPTS (Unit Penambangan Timah Singkep).
Saking deketnya rumah dengan rumah sakit.... sampai2 bapak kalau nyetir mobil dari garasi sampai parkiran mobil di RS,  menjalankan mobilnya mundur alias achtruit. Itu kalau bapak nyetir sendiri.
Tapi bapak masih dikasih supir pula (fasilitas) yang namanya Acong (sekarang sudah almarhum) biasanya kalau bapak di RS pak Acong antar mama yang ngajar atau sebagai guru bahasa asing di SMA Dabo atau kegiatan RUWATI (Rukun Wanita Timah), ibu darma wanitanya ibu2 Timah.

ini buktinya aku pernah luka di muka gara2 naik sepeda besar

Aku dapat sepeda besar (untuk orang dewasa) yang saat itu aku masih atau baru naik kelas 3 SD.
Aku dan Iwan yang kelas 2 SD goncengan naik sepeda itu, remnya keras dan berat.
Aku yang bawa sepeda dan Iwan aku gonceng turun bukit dari rumah kami yang di bukit itu mau pulang ke guest house yang tak jauh dari rumah cuma karena jalanan turun dan harus belok kekanan. Rem yang keras dan sepedanya besar aku ga bisa mengendalikannya dan langsung deh sreeet jatuh dan kami 'ngglosor' atau keseret di jalanan yang baru diaspal dan masih tertutupi pasir. Alhasil mukaku baret, lutut dan tangan luka, demikian juga Iwan luka dikaki dan tangan. Kata Mama dan bapak, mereka lihat dari atas, yang pada saat itu lagi di halaman rumah. Aku dan Iwan jadi ga sekolah seminggu.

Di guest house itu aku, kakak dan adikku dapat satu kamar.
Tiap malam di atas tempat tidur kami ada 1 gelas susu sapi murni hangat. Enak banget... sebelum tidur minum itu dulu. Dijamin sehat deh anak2nya mama nih... dan tidur nyenyak

Kami sekolah di SD 02. Agak jauh dari komplek Timah dimana kami tinggal
Paling asyik dan kalau dikasih duit sama mama, kami bisa jajan 'lakse' di kedai To' (kakek)
Enak banget dan sampai sekarang aku belum nemu lakse seenak laksenya To'

Waktu aku kelas 5 SD PN Timah sudah mbangun sekolah dasar sendiri, khusus untuk anak2 karyawan timah. Yang dulu kami ramai2 naik mobil ke sekolah dan pulang dijemput, sekarang kami masing2 pergi sendiri. Biasanya supaya dekat ke sekolah yang letaknya di bawah kami 'mbrobos' alang2 di depan rumah kami. Cepet sampe tapi kalau alang2nya lagi tinggi kaos kaki kami banyak jarum2 alang2. Kalau habis hujan juga lumayan licin, tapi ya seneng2 aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar